Jumat, 09 September 2011

LINTAS SEJARAH & EKSISTENSI GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA “ GmnI “


Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau disingkat GMNI lahir pada proses peleburan / fusi 3 (tiga) organisasi yang masing-masing memiliki asas yang sama yaitu ajaran Bung Karno “ Marhaenisme “. Tiga orangisasi tersebut adalah :
  1. Gerakan Mahasiswa Marhaen di Yogyakarta
  2. Gerakan Masiswa Merdeka di Surabaya.
  3. Gerakan Masiswa Demokrat Indonesia di Jakarta.

Hasrat untuk mempersatukan organisasi mahasiswa tersebut berawal ketika Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) mengalami pergantian pengurus dari Drs. Syarif kepada M. Hadi Prabowo, Alm.
Dalam rapat pertama pengurus baru tercetus ide untuk mempersatukan ketiga organisasi yang memiliki kesamaan asas diatas. Ide tersebut mendapat respon positif dari kedua organsasi  lainnya dan pada akhir September 1953 pimpinan ketiga organisasi mengadaakan pertemuan ditempat kediaman Bapak Sudiro Walikota Jakarta Raya di Jl. Taman Suropati Jakarta.
Pemimpin ketiga organisasi tersebut :
  1. Gerakan Mahasiswa Marhaen  : Wahyu Widodo, Subagio Maskurin dan Sri Sumantri Marto Suwignjo.
  2. Gerakan Mahasiswa Merdeka : Slamet Jayawijaya, Slamet Raharjo dan Haeruman.
  3. Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia : M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko dan Suloho.

Tercapai kesepakatan antara lain :
  1. Setuju adanya fusi
  2. Wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi bernama “ Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia “GMNI”.
  3. Asas organisasi adalah MARHAENISME ajaran bung Karno.
  4. Sepakat untuk menyelenggarakan kongres I yang akan dilaksanakan di Surabaya setengah tahun kemudian.

Dengan restu dari Presiden / Panglima Tertinggi Angktan Perang / Pemimpin Besar Revolusi DR. Ir. Soekarno, maka dibentuklah :
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia “  disingkat “ GMNI “  berkedudukan di Ibu Kota Negara Jakarta tanggal 23 Maret 1954 bertepatan dengan dibukanya kongres I GMNI di Surabaya Jawa Timur. GmnI berazaskan “ Pancasila “. Dengan tujuan “ membentuk masyarakat yang adil berkemakmuran dan makmur dalam berkeadilan “. GmnI merupakan organisasi mahasiswa, sekaligus organisasi masa yang berwatak kerakyatan.

Bung Karno Bapak Marhaenisme berpesan :

Hai GMNI
Tjadikan !
  1. Yudha Pratidina
  2. Tiada Perjoangan Revolusioner tanpa teori Revolusioner dan mahaenisme adalah asas perjoangan  yang Revolusioner.
  3. Pemuda Indonesia harus menjadi :
Kader perjoeangan Bangsa
Kader perjoeangan sosialisme Pancasila

KONGRES GMNI
Kongres I GMNI diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 23 Maret 1954,  materi pokok dalam kongres I ini selain membahas hasil-hasil kesepakatan antar tiga pimpinan organisasi yang telah berfusi juga menetapkan personil pimpinan ditingkat pusat. Selanjutnya moment ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi GMNI (Dies Natalis) yang diperingati hingga sekarang.
Kongres II GMNI diselenggarakan di Bandung pada tahun1956 dengan pokok persoalan seputar masalah konsolidasi internal organisasi. Sebagai hasil realisasi keputusan kongres II maka organisasi cabang GMNI mulai tertata dibeberapa kota.

Akibat dari perkembangan yang kian meningkat disejumlah basis organisasi, tiga tahun setelah konges II GMNI kembali menyelenggarakan Kongres III dimalang tahun 1959, yang dihadiri sejumlah cabang yang dipilih melalui Konfrensi cabang masing-masing. Berawal  dari kongres ke – III ini GMNI mulai meningkatkan kiprahnya, baik dalam lingkup dunia perguruan tinggi maupun ditengah-tengah masyarakat. Ditahun yang sama GMNI menyelenggarakan Konfrensi besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta dan presiden Sukarno berkenan ikut memberikan Pidato sambutan yang kemudian dikenal dengan judul “Hilangkan Steriliteit Gerkan Mahasiswa”.

Untuk lebih memantapkan dinamika kehidupan pegerkan GMNI, maka direncakan pada tahun 1965 akan diselenggarakan Kongres IV GMNI di Jakarta. Namun kongres tersebut gagal terlaksana karena gejolak politik nasional yang tidak menentu akibat peristiwa G30S-PKI. Kendati demikian acara persiapannya sudah sempat direalisir yakni konfrensi besar GMNI di Pontianak. Dalam konfrensi besar ini telah dihasilkan kerangka program perjuangan serta program aksi bagi pengabdian masyarakat.

Dampak peristiwa G30S-PKI bagi GMNI sangat terasa sekali, sebab setelah peristiwa tersebut, GMNI dihadapkan pada cobaan yang cukup berat. Perpecahan dalam kubu FONT MARHAENIS ikut melanda GMNI, sehingga secara nasional GMNI jadi lumpuh sama sekali. Ditengah hantaman gelombang percaturan politik nasional yang menghempas keras GMNI mencoba untuk bangkit kembali melakukan konsolidasi. Terlaksananya Kongres V GMNI di Salatiga tahun 1969, tetap belum dapat menolong stagnasi organisasi yang begitu parah.
Namun demikian kondisi ini tampaknya telah membangkitkan kesadaran baru dikalangan warga GMNI, yakni kesadaran untuk tetap bergerak pada kekuatan diri sendiri. Maka mulai 1969 thema “Independensi GMNI” kembali menguasai alam pikiran para aktivis khususnya  yang berada di Jakarta dan Jogjakarta. Tuntutan independensi ini. mendapat reaksi keras, baik dari kalangan pimpinan pusat GMNI maupun dari PNI/front marhaenis. Tuntutan independensi ini sebenarnya merupakan upaya GMNI untuk kembali ke Khitah dan fitrahnya yang sejati. Sebab sejak awal GMNI sudah independen. Tuntutan ini sesungguhnya sangat beralasan dan merupakan langkah antisipasi, sebab tidak lama kemudian, terjadi restrukturisasi yang menyebabkan PNI/FM berfusi kedalam PDI.

Setelah gejolak politik reda GMNI kembali memanfaatkan mementum tersebut untuk membangun kembali organisasinya. Dilaksanakan Kongres VI GMNI di Ragunan serta konsolidasi organisasi. Hal lain yang patut dicatat dalam kongres VI ini adalah penegaskan kembali tentang  azas Marhaenisme yang tidak boleh dicabut oleh lembaga apapun juga. Serta perubahan model kepemimpinan kearah kepemimpinan yang kolektif dalam bentuk lembaga Presidium.

Mengingat persoalan konsolidasi meliputi berbagai aspek maka masalah yang sama dibahas pula dalam kongres VII GMNI di Medan tahun 1979, dalam kongres VII ini kembali ditegaskan bahwa : Azas organisasi tidak boleh diubah, Independensi tetap ditegakkan dan konsolidasi tidak boleh diubah, independensi tetap ditegakkan  dan konsolidasi organisasi harus seimbang  dengan konsolidasi Idiologi.

Titik cerah bagi GMNI yang mulai bersinar ditahun 1979 ternyata tidak berlangsung lama. Intervensi kekuatan diluar GMNI, yang memang menginginkan GMNI lemah, dengan berpadu bersama “Interest pribadi” segelintir oknum pimpinan GMNI, telah mengundang malapetaka terhadap organisasi mahasiswa ini.
Kongres VIII GMNI yang sedianya akan diselengagarakan di Jogjakart amengalami kegagalan karena diprotes oleh sejumlah cabang (Jakarta, Medan, Manado, Malang, Bandung dan lain-lain, karena  tercium indikasi kecurangan untuk memengangkan aspirasi pihak luar dalam kongres VIII itu. Tetapi usaha filtrasi dan perlemahan GMNI tetap berlangsung sewaktu Kongres VIII GMNI di Lembang – Bandung tahun 1982.

Hanya dengan pengawalan ketat dari aparat negara Kongres VIII tersebut bisa berlangsung, dan dimenangkan oleh segelintir oknum pimpinan GMNI tadi, namun dampaknya bagi organisasi sangat besar sekali. Presidium GMNI hasil Kongres VIII terpecah belah dan disusul perpecahan berangkai semua cabang. Program kaderisasi, regenerasi akhirnya macet total.

Kongres IX GMNI di Samarinda tahun 1985 gagal menampilkan wajah baru dalam struktur kepemimpinan GMNI, disamping kegagalan dalam proses pembaharuan pemikiran serta oprasionil program.

Kegagalan menampilkan wajah baru dalam struktur kepemimpinan GMNI menimbulkan pecahan yang akhirnya menjalar ke berbagai struktur organisasi dan mencuat dalam Kongres X GMNI di Salatiga tahun 1989, yang diwarnai kericuhan fisik. Dampak kegagalan regenerasi dan kaderisasi Kongres X akhirnya hanya menampilkan wajah lama dalam struktur kepemimpinan GMNI.

Dan yang lebih menyedihkan  lagi para oknum pimpinan GMNI tingkat pusat tejebak dengan kebiasaan saling pecat memecat. Identitas sebagai organisasi perjuangan menjadi luntur, sebab yang lebih menonjol justru perilaku sebagai birokrat GMNI untuk mempertahankan status Qou, dan sekaligus untuk melestarikan budaya tadi, oknum – oknum pempinan pusat mulai mengintrodusir apa yang disebut komunitas baru GMNI yang ditetapkan memaluli deklarasi Jayagiri. Inilah cobaan yang terberat dihadapi GMNI. Sebab organisasi ini tidak hanua terperangkap dalam konfik kepentingan perorangan yang bersifat sesaat, tetapi juga mulai mengalami erosi idealisme serta kegersangan kreativitas dan inovasi.

Secara nasional formal, kesadaran untuk memperbaiki arah perjuangan tampaknya belum mencul. Pada kongres XI GMNI di Malang tahun 1992, kejadian di Salatiga kembali terulang. Sementara suara-suara cabang yang menuntut otonomi semakin nyaring dan meluas. Kondisi ini kemudian melahirkan format baru dalam tata hubungan antar kader pejuang pemikir -  pemikir pejuang yakni : hubungan kejuangan yang bersifat personal – fungsional. Sebab hubungan formal – institusional tidak efektif lagi.

Pelawanan cabang-cabang kembali dilakukan di Kongres XII GMNI di Denpasar Bali tahun 1995, tetapi keberhasilan hanya pada tingkat materi program. Dimana kemudian dikenal dan dimunculkan kembali di AD/ART mengenai Azas perjuangan Sosialis Religius – Progresif Revolusioner yang membuat banyak pihak terkejut. Tetapi kekalahan terjadi pada pertempuran perebutan pimpinan nasional yang kembali di warnai oleh intervensi orang-orang lama GMNI. Isu money politik sangan kental di forum Kongres XII ini. Disaat cabang – cabang kembali menata diri, pepecahan kembali melanda Persidium hasil kongres XII Bali, saling boikot dan intrik menjadi makanan utama sehari-hari di Sekretariat GMNI Wisma Marinda. Pada saat itu cabang-cabang tidak ambil pusing dengan tetap bergerak menguatkan garis Ideologi yang mulai kurang ter






O
GMNI SEBAGAI ORGANISASI PERJUANGAN


GmnI lahir dengan indentitasnya yang hakiki sebagai “Organisasi Perjuangan yang berlandaskan “Ajaran Sukarno” untuk itu ada beberapa prinsip perjuangan yang harus tetap melekat dalam diri GmnI dan menjadi watak dasar pejuangan GmnI yakni :
  1. GmnI berjuang untuk rakyat
  2. GmnI berjuang bersama rakyat.

  1. Makna “Gerakan” dalam nama GMNI

GMNI adalah suatu organisasi gerakan atau dalam bahasa inggris disebut “Movement”. Karena gerakan GMNI dilakukan oleh sekelompok manusia yang berstatus Mahasiswa, maka GMNI disebut pula sebagai “Student Movment”. Adapun yang dimaksud dengan “gerakan” adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh sekelompok  manusia, dengan menggunakan semua potensi yang dimiliki (missal : sosial, ekonomi, budaya dll) atau yang ada didalam masyarakat dengan tujuan untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan terhadap sistem masyarakat, agar terwujud suatu tatanan masyarakat yang dicita-citakan bersama.

  1. Makna “Mahasiswa” dalam nama GMNI

GMNI adalah organisasi mahasiswa. Sebagai konsekwensi dari sifat ini, maka yang boleh menjadi anggota GMNI hanya mereka yang berstatus Mahasiswa. Namun demikian tidak semua mahasiswa dapat menjadi anggota GMNI, sebab yang dapat menjadi angggota GMNI hanya mereka yang mau berjuang, atau insane mahasiswa pejuang. Tentu yang dimaksud dengan mahasiswa pejuang disini adalah mereka yang berjuang atas dasar ajaran Sukarno.


  1. Makna “Nasional” dalam nama GMNI

GMNI adalah organisasi yang berlingkup nasional. Artinya bukan organisasi kedaerahan, keagamaan, kesukuan, atau golongan yang bersifat terbatas. Maka nasional juga mengandung pengertian bahwa yang dperjuangkan oleh GMNI adalah kepentingan nasional. Sebagai organisasi yang berwatak Nasionalis, maka Nasionalisme GMNI jelas adalah Nasionalisme Pancasila.

  1. Makna “Indonesia” dalam nama GMNI

GMNI adalah milik rakyat dan bangsa Indonesia. Artinya gerakan mahasiswa ini dilakukan oleh dan untuk rakyat Indonesia bukan untuk segelintir manusia. Yang dimaksud dengan Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari sabang sampai meraoke. Dengan demikian jelas bahwa apa yang dilakukan oleh GMNI adalah untuk suatu kepentingan yang sangat besar yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia

  1. GMNI Sebagai Organisasi Perjuangan dan Perjuangan yang Terorganisir

GMNI merupakan organisasi perjuangan dan gerakan perjuangan yang terorganisir, artinya gerakan perjuangan harus menjadi jiwa, semangat, atau roh GMNI. Dan segala tindakan perjuangan GMNI harus terorganisir yakni senantiasa mengacu pada Doctrin perjuangan yang menjadi azas GMNI.

  1. GMNI Sebagai Organisasi Kader sekaligus Organisasi Massa

GMNI merupakan organisasi kader sekaligus organisasi massa artinya bahwa GMNI merupakan wadah pembinaan kader-kader perjuangan bangsa , dan dalam perjuangannya itu, kader-kader GMNI senantiasa menyatu dengan berjuta-juta massa Marhaen. GMNI tidak berjuang sendirian tetapi harus bersama-sama  dan untuk seluruh rakyat, sebab Doctrin Perjuangan GMNI menggariskan demikian.

  1. Tujuan Perjuangan GMNI
  2.  
Tujuan perjuangan GMNI adalah mendidik kader bangsa mewujudkan masyarakat Pancasila sesuai dengan amanat UUD 1945 yang sejati. Sebab dalam keyakinan GMNI hanya dlam masyarakat Pancasila yang sejati, kaum Marhaen dapat diselamatkan dari bencana kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan terhindar dari berbagai bentuk penindasan.

O


AZAS DAN DOKTRIN PERJUANGAN GMNI


Sebagai Organisasi Gerakan Perjuangan , GMNI  mempunyai Azas Dan Doktrin Perjuangan ,yang menjadi Landasan serta penuntun arah perjuangan GMNI.

Azas Dan Doktrin GMNI adalah :

1 . PANCASILA
2 . UNDANG – UNDANG DASAR 1945
3 . MARHAENISME
4 . PANCALOGI GMNI

  1. I.       PANCASILA

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan Ynang Adil Dan Beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan Yang  Dipinpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan  Dan Perwakilan
  5. Keadilan  Sosial Bagi Republik Rakyat Indonesia

Keterangan :
Agar dapat memahami pancasila secara benar dan mendalam setiap anggota wajib membaca :

  • § “ LAHIRNYA PANCASILA  “ . Pidato Ir.Soekarno pada tanggal 1 juni 1945
  • § “ PANCASILA DASAR NEGARA “ Kuliah yang di sampaikan oleh Bung Karno di istana Negara.
  • § “ MEMBANGUN DUNIA BARU “ Pidato Persiden   Soekarno didepan sidang Majelis Umum PBB tahun 1960

  1. II.          UNDANG – UNDANG DASAR 1945

Pembukaan
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu , maka penjajahan diatas dunia harus di hapuskan karna tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia  dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang  kemerdekaan negara Indonesia,yang merdeka ,bersatu berdaulat adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehiduoan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu susunan negara Republik Indonesia dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.




 
Dari pembukaan UUD 1945, ada beberapa hal yang patut dipahami oleh setiap anggota GMNI, antara lain :
  1. Pokok  perjuangan bangsa Indonesia adalah menghapuskan segala bentuk penindasan dan ketidak adilan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
  2. Perjuangan tersebut sesungguhnya merupakan berkat dari Allah yang maha kuasa.
  3. Negara berfungsi sebagai :
3.1.      Perumahan bangsa yang memberikan perlindungan bagi seluruh rakyat dan seluruh wilayah Republik Indonesia.
3.2.       Alat perjuangan untuk menuju terwujudnya cita-cita nasional yakni “Masyarakat adil dan makmur ditengah dunia yang tanpa penindasan”.


III. MARHAENISME

Marhaenisme terdiri dari :
  1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
  2. Sosio Nasionalisme
  3. Sosio Demokrasi

Dengan motto “ Berjuang Untuk Rakyat, Berjuang Bersama Rakyat
What Is  Marhaen, Marhaenis and Marhaenisme
Bung Karno dalam beberapa pidatonya mengungkapkan, jika dirangkum sebagai berikut :
v  Siapakah yang saya namakan Kaum Marhaen itu ?.
Kaum Marhaen adalah setiap rakyat Indonesia yang melarat atau lebih tepat yang dimelaratkan oleh Sistem Kapitalisme, Imperalisme dan Kolonialisme.
Kaum marhaen terdiri dari tiga unsure :
  • Unsur kaum Proletar < Buruh >
  • Unsur kaum Tani melarat Indonesia.
  • Kaum Melarat Indonesia yang lainnya.

v  Siapakah yang dimaksud kaum Marhaenis itu ?.
Adalah setiap pejuang dan setiap patriot bangsa :
Yang mengorganisir berjuta-juta kaum marhaen dan
Yang bersama-sama dengan tenaga massa marhaen hendak menumbangkan system kapitalisme, Imperalisme dan kolonialisme, dan
Yang bersama-sama dengan massa marhaen membangun negara dan masyarakat yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.

v  Apa yang dimaksud dengan Marhaenisme ?.
  1. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat yang dalam segala hal menyelamatkan kaum Marhaen.
  2. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum Marhaen pada umumnya.
  3. Marhaenisme adalah dus azas dan cara perjuangan “tegelijk” menuju kepada hilangnya Kapitalisme, Imperalisme dan Kolonialisme.

Secara positif maka Marhaenisme dinamakan juga Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi. Karena nasionalismenya kaum Marhaen adalah nasionalisme yang sosial bewust dan karenanya demokrasinya kaum marhaen adalah Demokrasi yang sosial bewust pula.

 Lebih lanjut tentang Marhaen & Marhaenisme akan dibahas kemudian.  

IV. PANCALOGI  GMNI

Pertama
I D E O L O G I

Kedua
R E V O L U S I

Ketiga
O R G A N I S A S I

Keempat
S T U D Y

Kelima
I N T E G R A S I

Penjelasan:
  1. Kelima prinsip diatas harus menjadi jati diri bagi perjuangan setiap anggota GMNI.
  2. Ideologi arinya perjuangan setiap anggota GMNI harus dilandaskan pada Ideologi yang menjadi azas dan doktrin perjuangan GMNI, sebab Ideology merupakan acuan pokok dalam penentuan format dan pola operasional pergerakan.
  3. Revolusi artinya perjuangan setiap anggota GMNI harus berorientasi pada perombakan susunan masyarakat secara revolusioner. Revolusi bukan berarti pertumpahan darah, tetapi dalam pengertian pemikiran.
  4. Organisasi artinya perjuangan GMNI adalah perjuangan yang terorganisir, sesuai dengan azas dan doktrin perjuangan GMNI.
  5. Study artinya sebagai organisasi mahasiswa maka titik berat perjuangan GMNI adalah pada aspek study. Amanat penderiataan rakyat harus dijadikan titik sentral dalam mendorong upaya studi ini.
  6. Integrasi artinya perjuangan GMNI senatiasa tidak terlepas dari perjuangan rakyat semesta. Setiap warga negara GMNI harus selalu berada ditengah-tengah rakyat yang berjuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar